trimssssssssss udah msuk k bLog koe

Tuesday, March 27, 2007

menGatasi maSaLaH

Prinsip umum mengatasi permasalahan akan terbantu apabila kita melakukan konseptualisasi tiga tingkat interaksional berikut.

a) Pada tingkatan biologis terdapat pertahanan imunitas dan mekanisme perbaikan fisik. Dengan vaksinasi polio, misalnya, seorang anak akan terhindar dari penyakit lumpuh layuh.

b) Pada tingkatan psikologis pola penyelesaian masalah dapat dipelajari, berbagai mekanisme pertahanan diri.

c) Pada tingkat interaksional ada dukungan keluarga, lingkungan sosial, teman, atau kelompok sosial tertentu seperti organisasi buruh, agama (kelompok pengajian, persekutuan doa) atau biro bantuan hukum.

Kegagalan fungsi pertahanan dari satu tingkatan saja akan membuat seseorang mengalami kerentanan dalam tingkatan lain.

Contohnya, gangguan dalam pertahanan imunisasi tubuh akan membuat seseorang menderita penyakit tertentu yang memengaruhi fungsi psikologisnya. Sementara itu, jika ketangguhan psikologis kurang berperan, maka ketegangan psikologis dapat mengakibatkan gangguan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti sakit lambung, sesak napas, atau bahkan mengalami peningkatan debaran jantung.

Kegagalan dukungan lingkungan atau keluarga akan membuat seseorang bisa saja tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Saat mengalami putus hubungan kerja, misalnya, dapat membuat seseorang tidak mampu menghidupi dirinya.

Mengatasi tantangan

Seseorang dihadapkan pada dua kelompok tantangan, yaitu (1) mencari untuk kemudian berusaha memenuhi syarat tertentu sehingga tekanan hidup dapat diatasi, dan (2) melindungi diri dari kemungkinan mengalami gangguan fungsi dan disorganisasi fungsi psikologis.

Seseorang yang merasa cukup kompeten mengatasi situasi tertekan akan berkembang pula caranya memberi respons khusus. Orang itu akan mencoba menilai situasi secara obyektif dan memilih solusi paling tepat di antara berbagai alternatif solusi yang terpikir.

Setelah menentukan strategi, dia akan melakukan aksi tertentu dan selanjutnya menilai umpan balik. Apakah strategi/teknik solusi itu efektif atau gagal dalam penyelesaian masalah, perubahan sikap akan tetap terjadi.

Respons khusus dalam mengatasi masalah akan dengan sendirinya menyertakan perubahan dalam diri dan lingkungan hidupnya. Aksi yang ditunjukkan pun dapat terbuka, misalnya mengungkapkan cinta kasih kepada pasangan perkawinan dengan cara memeluk atau mencium. Dapat juga muncul dalam bentuk terselubung seperti diam-diam menurunkan aspirasi dan harapan terhadap situasi tertentu yang dengan sendirinya membuat diri tidak terlampau tegang secara emosional.

Hal lain yang mengikuti teknik defensif sering menyertakan upaya menyerang langsung secara agresif atau mencoba mencari jalan kompromistis. Misalnya, apabila dihadapkan pada api yang menjilat-jilat, tentu saja seseorang berusaha melarikan diri dari sumber api.

Respons seperti itu terkesan sangat logis. Namun, setiap orang memiliki cara individual mempertahankan keutuhan integritas fungsi kepribadiannya, terutama apabila menghadapi ancaman serius dari tekanan hidupnya.

Cara mengatasi tekanan jenis itu disebut orientasi pertahanan diri. Responsnya lebih tertuju untuk mempertahankan diri dari kemungkinan luka hati atau gangguan keseimbangan mentalnya daripada menyelesaikan permasalahan.

Mekanisme itu dapat dikelompokkan dalam pertama, menangis, bicara tanpa henti, murung berlanjut yang merupakan upaya mencegah terjadinya kehancuran fungsi kepribadian menyeluruh. Kelompok kedua, cara pertahanan lain seper- ti berbuat seolah tidak ter jadi apa-apa, penekanan psikologis dengan cara represi, menghayati keadaan kecemasan berlanjut. Cara tersebut akan membuat individu terlindung dari perasaan bersalah dan pera- saan tersisih oleh lingkungan.*

No comments: